Kembali ke ibu kota, kelompok Teruhi dan Jinzaburō melihat kota dari kejauhan, terbakar setelah serangan bangsa Mongol. Mereka menemukan beberapa orang yang selamat dipimpin oleh Abiru Yajirō yang mengatakan bahwa orang yang selamat lainnya tersebar di seluruh perbukitan. Sebelum mereka dapat menyusun rencana, mereka terdeteksi oleh sekelompok kecil pengintai Mongol dan Teruhi menembakkan panah ke arah mereka karena frustrasi dan marah. Amushi kemudian melihat pasukan besar berbaris ke arah mereka, yang dipimpin oleh Komandan Mongul Mingghan, Uriyan Edei. Saat para penyintas menuju tempat berlindung di Teluk Aso, seorang wanita tua menginspirasi beberapa tentara untuk berhenti dan melakukan aksi barisan belakang bersama dengan orang buangan. Di jalur sempit, Jinzaburō merencanakan pertahanan strategis berdasarkan pengalaman bertarungnya. Jinzaburō memberi tahu Abiru tentang waktunya di Kamakura bersama Nagoe Tokaiki dari klan Hōjō yang memberitahunya bahwa bermain shogi dan perang adalah sama, dan untuk tidak pernah melupakan gambaran besarnya. Dia juga belajar bahwa jika Anda meletakkan pedang, Anda tidak akan pernah bisa menang. Saat itu, mongul menyerang dengan bahan peledak dan menyerang melalui asap yang membutakan. Namun, pasukan pertahanan yang dipimpin oleh Jinzaburō pulih dan memusnahkan penyerang dengan panah. Mengikuti pengalaman ini, Abiru menemukan tekad baru dan berjanji untuk mendukung Jinzaburō.
